Men and women, can be a friend?
Dalam salah satu dialog pada film beberapa dasawarsa silam yang berjudul “ When Harry meet Sally “ yang sempat tenar, harry berkata pada Sally, “ Men and women can’t be friends because the sex part always gets in the way. No man can be friends with a woman that he finds attractive. He always wants to have sex with her “ Lalu Sally membantahnya, bagaimana kalau perempuan tidak mau berhubungan sex dengan pria itu. Balas Harry “.Doesn’t matter, just let it lie, because if the sex thing is already out there, so the friendship is ultimately doomed and that’s the end of the story “. ( dikutip dari tulisan blog iman brotoseno )
Sekilas percakapannya biasa saja dan mungkin saja banyak dikehidupan sekarang yang tidak lagi mempermasalahkan persahabatan antar gender, why not! Pria dan wanita sama saja. Tapi saya tidak sejutu. Wanita dan pria tidak bisa disatukan tanpa ada embel-embel virus pink! Mustahil ada persahabatan antara lawan jenis tanpa melibatkan ‘perasaan’, tapi secara teori mungkin ada.
Bagaimana jika berteman dengan pria yang sudah menikah tanpa ada ‘perasaan’? Ini lebih mustahil lagi.
Sebuah kisah, seorang sahabat pernah curhat masalah pribadinya, berteman dengan pria menikah yang sedang bermasalah dengan rumah tangga nya.
Ops…..jangan protes dulu!
Begini ceritanya…..
Singkat kata, mereka berkenalan. Yah, layaknya perkenalan biasa, Tanya ini dan itu hingga dari kenalan biasa menjadi ‘luar biasa’ :-) tanpa disadari, mungkin benih-benih itu telah tumbuh dihati keduanya. Dan ternyata si pria memalsukan identitasnya sebagai pria beristri. Sesuai pepatah, sepandai pandai tupai melompat…… semua akhirnya terbongkar. Break!!! Betapa kecewa nya si wanita dengan kenyataan yang dihadapinya, kenyataan ditipu mentah-mentah. Satu bulan lebih komunikasi mereka putus, no connection anymore! Itu pikir si wanita. Tapi tidak menurut si pria. Entah maksud apa, si pria kembali mencoba menghubungi wanita, Mungkin merasa hanya wanita itu yang mengerti dirinya dan permasalahannya atau hanya bingung mau cerita ke siapa atau mungkin juga masih ada ‘rasa’ itu. Akhirnya komunikasi kembali berjalan.....
Timbul pertanyaan, salah kah si wanita yang membiarkan kembali sang lelaki masuk kedalam hidupnya? Tempat bercerita?
Cinta terlarangkah itu? Siapakah yang harus disalahkan? Si pria? Wanita? Atau keadaan???? Perlu diketahui, si lelaki sudah bermasalah dengan rumah tangganya jauh sebelum kenal si wanita. Si wanita hanya salah satu dari sekian banyak episode kehidupan si pria yang mungkin saja kelam.
Hmmm....persoalan yang pelik memang, dan saya tidak bisa mengasih solusi yang pas. Anybody help?